METODE PEMBELAJARAN EKSPOSITORI, DISCOVERY, DAN INKUIRI
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu pelajaran inti di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setiap tahun matematika diujikan melalui Ujian Nasional (UN) untuk melihat tingkat keberhasilan belajar siswa. Namun, banyak siswa yang mengeluhkan karena sulitnya pelajaran ini. Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari. Untuk itu, guru perlu secara terus menerus memberikan motivasi belajar kepada siswa, yang diantaranya guru harus inovatif dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu membuat suasana kelas yang menyenangkan, sehingga siswa lebih tertarik untuk membuktikan kebenaran dalam matematika selain hanya untuk mempelajari guna ujian.
Selain inovatif, guru juga harus efektif yang menurut Wahyudin (2008:27) adalah guru yang dapat meraih para siswa, mengapresiasi dan memahami kebutuhan-kebutuhan mereka serta mengupayakan cara-cara khusus dan individual untuk memuaskannya. Guru juga harus dapat menggunakan lebih banyak pemanfaatan benda-benda terutama yang ada disekitar siswa. Aktivitas-aktivitas harus direncanakan dengan baik guna untuk menciptakan model-model pembelajaran yang bermakna. Piaget (dalam Wahyudin, 2008:40) mengutarakan, “Untuk memahami, para anak harus menemukan – yakni, menemukan kembali – sebab mereka tak dapat memulai dari awal lagi. Akan tetapi, harus dikatakan bahwa apapun hanya dipahami sejauh bahwa itu ditemukan kembali”. Ini berarti bahwa benda-benda mesti digunakan oleh para siswa guna membantu mereka menemukan kembali.
Dalam proses pembelajaran, diperlukan juga strategi khusus seorang pendidik dalam mentransfer ilmu dan pembelajaran pada peserta didik. Karena keberhasilan pengajaran matematika akan bergantung bukan pada materi-materi yang ada tetapi pada keahlian seseorang guru dalam memakai materi-materi pembelajaran dan rancangan kegiatan proses pembelajaran. Peran seorang guru merupakan seorang pemandu. Seorang pemandu yang baik memakai pertimbangan tentang kapan menjelajah serta bagaimana kembali ke jalan utama setelah perjalanan memutar (Wahyudin,2008 :39). Untuk meningkatkan kemampuan keterampilan siswa, rancangan pembelajaran tidak harus di dalam kelas tetapi bias di luar kelas seperti laboratorium matematika. Materi-materi laboratorium matematika dapat digunakan untuk memperluas atau memperkuat belajar.
Guru dapat meningkatkan metode-metode pengajaran matematika dengan mempelajari terlebih dahulu tentang berbagai strategi pengajaran. Salah satu cara untuk membuat siswa memahami materi yang dipelajari adalah dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang biasanya digunakan seorang guru adalah Inkuiri, Ekspositori, dan Discovery. Untuk itu, penulis akan memaparkan dalam makalah ini yaitu, Bagaimana menerapkan ketiga metode pembelajaran tersebut? Apa prinsip-prinsip dari metode-metode pembelajaran tersebut? Serta bagaimana peran guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran?
PEMBAHASAN
Ekspositori
Pengajaran Ekspositori adalah pengajaran yang mengutamakan pengungkapan pengetahuan tentang fakta, konsep dan hukum/prinsip. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu-wakatu yang diperlukan saja. Murid tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan murid secara individual, menjelaskan lagi kepada murid secara individual, atau klasikal. Kalau dibandingkan dominasi guru dalam kegiatan belajar-mengajar, metode ceramah lebih terpusat pada guru daripada metode ekspositori. Pada metode ekspositori murid belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Murid mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis (dalam Suherman, 2003:171). Selain itu pada pengajaran ekspositori, sebagian besar melibatkan pertukaran informasi antara guru dan siswa.
Melihat perbedaan-perbedaan di atas, cara mengerjakan matematika yang pada umumnya digunakan para guru matematika adalah lebih tepat dikatakan sebagai menggunakan metode ekspositori daripada ceramah, karena guru memberikan pula soal-soal latihan untuk dikerjakan murid di kelas. Beberapa hasil penelitian di Amerika serikat menyatakan metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien. Demikian pula keyakinan sementara ahli teori belajar-mengajar David P.Ausubel berpendapat bahwa metode ekspositori yang baik merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (dikutip dari Sunartombs,2009) mengatakan metode ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah
1) menyusun program pembelajaran
2) memberi informasi yang benar
3) pemberi fasilitas yang baik
4) pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar
5) penilai prolehan informasi.
Sedangkan peranan siswa adalah
1) pencari informasi yang benar
2) pemakai media dan sumber yang benar
3) menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.
Ciri-ciri metode ekspositoris:
a. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir.
b. Mempersiapkan pertanyaan.
c. Mempertimbangkan dimana pertanyaan harus digunakan.
d. Tahapan mengajar dengan peta konsep.
e. Guru memberikan informasi melalui ceramah, demostrasi, atau tanya jawab.
f. Siswa mencatat, menjawab pertanyaan atau tugas.
g. Konsep sukar melalui proses induktif.
Prinsip –prinsip pengajaran Ekspositoris
Tabel 1
NO Prinsip Implikasi Pendidikan
1 Sebuah advanced organizer (pendahuluan verbal atau grafis yang menyajikan kerangka organisasional umum tentang materi yang akan dipelajari) membantu siswa membuat hubungan-hubungan yang bermakna di antara berbagai hal yang mereka pelajari. Perkenalkan sebuah unit baru dengan menggambarkan ide-ide dan konsep utama yang akan dibahas dan tunjukkan bagaimana berbagai ide dan konsep itu saling berkaitan.
2 Hubungan yang berkesinambungan dengan pengetahuan awal, membantu siswa mempelajari materi di kelas secara lebih bermakna, asalkan pemahaman dan keyakinan mereka saat ini akurat . Ingatkan siswa akan sesuatu -yaitu mengaktivasi pengetahuan awal siswa- dan tunjukkan bagaimana suatu ide baru berhubungan pengetahuan awal tersebut. Juga angkatlah setiap kepercayaan siswa yang keliru tentang topik tersebut.
3 Penyajian materi yang terorganisasi (organized presentation) membantu siswa membuat salingketerkaitan yang tepat di antara berbagi ide/gagasan. Bantulah siswa mengorganisasikan materi dalam suatu cara tertentu dengan menggunakan struktur organisasional untuk menyajikan informasi.
4 Berbagai tanda/isyarat (signals) yang menjadi bagian penting dari suatu presentasi. Tekankan poin-poin yang penting, misalnya dengan menuliskannya di papan tulis, mengajukan pertanyaan tentang poin-poin tersebut, atau sekedar memberitahu siswa hal-hal mana yang paling penting untuk dipelajari.
5 Alat bantu visual (visual aids) membantu siswa mengkodekan materi secara visual dan juga verbal. Ilustrasikan materi baru dengan gambar, foto, diagram, peta metode fisik, dan peragaan.
6 Tingkat kecepatan (pacing) yang tepat memberi siswa waktu yang cukup untuk memproses informasi. Sajikan presentasi secara pelan sehingga siswa dapat menarik kesimpulan, membentuk pembayangan visual, dan terlibat dalam proses penyimpanan memori jangka panjang.
7 Rangkuman (summarize) membantu siswa mereviu dan mengorganisasikan materi serta mengidentifikasi ide-ide pokok. Setelah kuliah atau tugas bacaan, rangkumlah poin-poin utamanya.
Sumber : Ormrod, J. E, 2008 : 163.
Langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori. Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif;
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai;
3) Bukalah file dalam otak siswa.
Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:
1) penggunaan bahasa,
2) intonasi suara,
3) menjaga kontak mata dengan siswa,dan
4) menggunakan trik-trik yang menyenagkan
Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya:
1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan,
2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan. ( dikutip dari Dayufunmath, 2012).
Sedangkan menurut Bell (1981:224), Activities in Teaching skills, concepts, and principles in expository teaching/learning metode are :
Tabel 2
NO Activity Mathematical Objects For Which The Activity is Appropriate
1. Discuss objectives with students. Skill, concept, principle
2. Name the skill, concept, or principle. Skill, concept, principle
3. Identify and discuss prerequisite skills, concepts, and principles through a preassement strategy. Skill, concept, principle
4. Develop the skill through an example.
Define the concept.
Deduce or demonstrate the principle. Skill
Concept
principle
5. Demonstrate the skill, concept, or principle through several more examples. Skill, concept, principle
6. Have students develop the algorithm for the skill.
Compare examples and non –examples of the concept.
Apply the principle in several cases. Skill
Concept
principle
7. Have student practice the skills on several exercises.
Have students identify irrelevant dimensions of the concept.
Evaluate student mastery of the principle through a postassements strategy. Skill
Concept
principle
8. Evaluate students mastery of the skills .
Have students practice using the concept. Skill
principle
9. Evaluate student mastery of the concept. Concept
Kelebihan dan Kelemahan Strategi Ekspositori
1. Kelebihan
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
2. Kelemahan
Di samping memiliki kelebihan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di antaranya:
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi lain.
Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil. (dikutip dari dayufunmath, 2012)
Contoh Mengajar dengan Metode Ekspositori
Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep dalil Pythagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk terakhir c2 = b2 + a2 sudah disajikan (belajar menerima), tetapi siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku ; jadi ia belajar secara bermakna. Siswa lain memahami rumus c2 = b2 + a2 dari pencarian (belajar menemukan), tetapi bila kemudian ia menghafalkan c2 = a2 + b2 tanpa dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku, maka jadinya ia belajar menghafal.
b.)Metode Pembelajaran Discovery
Discovery adalah pembelajaran yang terjadi sebagai hasil dari manipulasi pembelajar, penstrukturan, dan transformasi informasi dengan demikian seseorang menemukan informasi baru. Dalam pembelajaran discovery, pembelajar dapat membuat sebuah dugaan, perumusan suatu hipotesis, atau menemukan kebenaran matematika dengan menggunakan proses induktif atau deduktif, observasi dan ekstrapolasi. Elemen yang pokok dalam penemuan informasi baru adalah penemu harus mengambil bagian aktif dalam perumusan dan pencapaian informasi baru. Penemuan ini dapat terjadi karena telah direncanakan oleh guru. ( Bell, 1981: 241)
Pada tahun 1960, Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum (Uno, 2010: 12).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran discovery, merupakan metode pembelajaran yang dalam belajarnya siswa diberi kesempatan oleh guru untuk menemukan sendiri penemuan baru bagi dirinya saja yang telah dirancang oleh guru.
Pembelajaran discovery dapat terjadi dalam situasi yang sangat terstruktur seperti buku guru atau buku siswa yang susunanya diprogram dari interaksi dimana siswa dibimbing langkah per langkah, format tanya-jawab untuk membuat penemuan yang sangat spesifik dan dapat diprediksikan. Pada struktur yang lain, penemuan yang tanpa perencanaan dapat membuat siswa dalam masalah diskusi open-ended yang mereka rumuskan dan pertimbangkan dengan sedikit atau tanpa campur tangan guru.
Menurut Bell (1981: 242) metode discovery memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. melalui keterlibatan dalam pembelajaran discovery siswa belajar beberapa prosedur dan aktivitas yang diperlukan untuk membentuk benda-benda di luar lingkungan mereka
2. siswa akan mengembangkan sikap dan strategi latihan
3. pembelajaran discovery membantu siswa menambah kemampuan mereka untuk menganalisis, mensistesis, dan mengevaluasi informasi dalam cara yang rasional
4. ada reward intrinsic, seperti tertarik dalam tugas pembelajaran dan kepuasan dalam membuat sebuah penemuan, itu dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih efisien dan efektif dalam kelas matematika.
Diantara objek yang lebih spesifik dari pembelajaran discovery yang mudah untuk diamati dan diukur adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran discovery siswa mempuyai kesempatan untuk menjadi aktif termasuk dalam pembelajaran dan banyak siswa melakukan menambah level mereka dari partisipasi kelas ketika sebuah pengajaran discovery/metode pembelajaran digunakan oleh guru.
2. Melalui metode discovery siswa belajar untuk menemukan pola dalam situasi konkrit dan abstrak dan juga belajar untuk mengeksplorasi informasi tambahan degan di luar data yang diberikan
3. Siswa juga belajar untuk merumuskan strategi pertanyaan yang tidak ambigu dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapat informasi yang berguna untuk membuat penemuan-penemuan
4. Pembelajaran discovery dapat membantu siswa mengembangkan cara yang efektif dari bekerja bersama, berbagi informasi, dan mendengarkan serta menggunakan ide-ide orang lain
5. Pembelajaran discovery membuktikan untuk mengindikasi kemampuan, konsep, dan prinsip dalam pembelajaran melalui discovery lebih bermakna untuk siswa dan diingat untuk periode waktu yang lama.
6. Keahlian dipelajari dalam suasana pembelajaran discovery, dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas pembelajaran baru dan diterapkan di berbagai situasi.
Bell dalam bukunya “Teaching and Learning Mathematics” mengungkapkan karakteristik metode Discovery:
Situasi kelas untuk Pembelajaran Discovery
Pembelajaran discovery dapat terjadi selama guru mengajar, dalam kelompok diskusi. Melalui aktivitas kelompok, melalui percobaan laboratorium matematika, dan dalam situasi kelas yang tidak terstruktur. Bagaimanapun kemungkinan siswa akan membuat penemuan ketika guru memimpin pembelajaran yang terus menerus atau dalam situasi kelas yang tidak terstruktur secara lengkap adalah kecil.
Strategi Penemuan Induktif dan Deduktif
Strategi penemuan induktif dikarakteristikkan sebagai perumapamaan khusus ke umum dan strategi deduktif berangkat dari perumapamaan umum ke khusus. Dalam menggunakan metode penemuan induktif, pembelajar menggunakan intuisi (dan beberapa logika) untuk merumuskan generalisasi dari pengamatannya dari beberapa benda-benda yang dibangun dalam situasi yang berkaitan, teknik, metode pemecahan masalah (problem solving). Ketika strategi penemuan deduktif digunakan, pembelajar menggunakan logika (dan beberapa intuisi) untuk merumuskan sebuah generalisasi berdasarkan ide abstrak dan generalisasi lainnya. Kemudian membangun genaralisasi dari contoh dan aplikasi dari yang baru ditemukan.
Setiap pembelajaran discovery harus dimulai dengan informasi yang telah diketahui dan diproses langkah demi langkah ke informasi baru dan penemuan umum Pembelajaran discovery dapat dilakukan melalui metode ekspositori yang diarahkan oleh guru atau melalui aktivitas laboratorium yang berpusat pada siswa. Dalam beberapa pembelajaran discovery, guru dapat memilih aktivitas yang diperlukan siswa untuk menggunakan proses induktif; pembelajaran discovery lainnya mungkin membutuhkan penggunaan dari proses deduktif.
Guru dapat memulai sebuah pembelajaran penemuan ekspositori dengan memeriksa kembali informasi yang relevan, menampilkan situasi yang seharusnya dapat menimbulkan hasrat penemuan, dan menyusun aturan petunjuk untuk diskusi subsequent. Selama diskusi, guru harus menjawab pertanyaan siswa dan harus meminta pertanyaan utama atau meyediakan sebuah informasi yang relevan ketika diskusi kontrol siswa kelihatan menemui hambatan. (Bell, 1981: 245)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran discovery dapat dilakukan melalui strategi ekspositori dengan partisipasi siswa sebagai suatu kelompok. Penemuan-penemuan matematika dapat juga dilakukan dengan pekerjaan siswa bersama dalam kelompok kecil atau dengan pekerjaan siswa secara individual dalam latihan laboratorium.
Berikut merupakan beberapa pertimbangan untuk melakukan pembelajaran discovery dan beberapa aktivitas yang dapat dipilih yang termasuk dalam ekspositori dan pembelajaran discovery laboratorium yang melibatkan salah satu proses induktif atau deduktif:
Setiap pembelajaran discovery harus dimulai dengan informasi yang telah diketahui dan diproses langkah demi langkah ke informasi baru dan penemuan umum
Strategi pre assessment harus digunakan untuk mengetahui apakah siswa memproses keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat setiap penemuan induktif yang diharapkan.
Preassessment seharusnya juga digunakan untuk meyakinkan siswa mengetahui konsep dan prinsip-prinsip yang diperlukan untuk setiap penemuan deduktif.
Guru harus mengizinkan siswa untuk membuat sebuah penemuan dengan beberapa cara, dan harus menyediakan untuk dan menerima penemuan alternatif.
Jangan terlalu menggunakan strategi discovery, mereka dapat menghabiskan waktu dan frustasi untuk siswa jika digunakan terus menerus.
Pertanyaan-pertanyaan yang memimpin dan isyarat lainnya dapat digunakan sebagai pendorong ketika pembelajaran discovery menjadi terbenam
Contoh Metode Discovery
Pengajaran dengan metode discovery berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Contoh untuk mengajarkan sifat komutatif perkalian dengan penemuan, siswa diberi sejumlah soal perkalian sebagai berikut:
(Tim MKPBM, 2001:177).
c) Metode Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry” yang berarti penyelidikan. Piaget (dalam Rosalin, 2008:61), mengemukakan bahwa metode inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, dan membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
Salah satu tujuan mengajar dengan metode inkuiri adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inkuiri dan mampu mentransfer ke dalam situasi lain dari dunia sekitar mereka melalui keterlibatan aktif dengan pengalaman dikehidupan nyata. Metode ilmiah dan inkuiri menurut The Access Center (2009,2) mempunyai komponen dasar yang sama yaitu mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi penelitian dengan merumuskan pertanyaan, mengembangkan hipotesis, melakukan eksperimen, perekaman data, menganalisis data, dan kesimpulan gambar. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 3. Metode Ilmiah dan Inkuiri
Metode Ilmiah Inkuiri
Pertanyaan atau masalah Fase Inkuiri (Pertanyaan atau Masalah)
Hipotesis Pengumpulan Data Tahap I (Hipotesis)
Percobaan Pengumpulan Data Tahap II (Pengumpulan Data & Analisis)
Catatan Pelaksanaan Fase (Kesimpulan dan Penjelasan)
Analisis Data
Kesimpulan
Sedangkan perbedaan dari metode ilmiah dan inkuiri adalah proses inkuiri menyediakan lebih banyak kesempatan pada siswa untuk bergerak didalam dan diantara fase-fase penyelidikan (proses pemecahan masalah). Guru sebagai pemandu pertanyaan dan moderator dalam proses ini sehingga dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa.
Metode ini terdiri atas empat tahap menurut Suherman (2003:213) adalah ;
Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka-teki.
Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atas data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan dan masalah.
Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
Sedangkan menurut Bell (1981:340), The four steps or stages of an inquiry into a situation are :
Formulating a question, encountering a puzzle, paradox, or inconsistency, or attempting to organize a set of facts, concepts and principles into a general and inclusive principle.
Developing procedures and collecting information which may be useful in resolving the situation under consideration.
Using the procedures and information from step 2 to reorganize and extend existing knowledge.
Analyzing and evaluating the inquiry process itself in order to develop general processes for investigating other situations.
Inkuiri mempunyai beberapa fase, yaitu :
Metode Inkuiri dalam The Access Center (2009,3) diharapkan dapat membuat siswa mempunyai keterampilan berupa :
Melakukan pengamatan
Melakukan percobaan
Bekerjasama dengan orang lain dalam melakukan investigasi
Melakukan pengukuran
Mengurutkan dan mengelompokkan
Membandingkan dan menjelaskan
Mencatat penemuan
Menganalisis penemuan
Saling berbagi hasil dengan lainnya
Keunggulan teknik inkuiri dalam proses belajar-mengajar dalam Rosalin (2008:63) adalah:
Dapat membentuk dan mengembangkan self consept pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru;
Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka;
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri;
Situasi belajar lebih merangsang;
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individual;
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri dan siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar tradisional;
Dapat memberi waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Pada proses pembelajaran, metode inkuiri yang diterapkan kepada siswa dapat ditingkatkan tekniknya. Menurut Sund and Trowbridge (Rosalin, 2008:63), metode inkuiri terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai berikut :
Inkuiri terpimpin (guide inquiry),
Inkuiri bebas (free inquiry),
Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
INKUIRI DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS
Dalam proses pembelajaran di kelas yang menggunakan metode inkuiri, guru sebagai “fasilitator pembelajaran” dalam pembelajaran dengan inkuiri sering terdiri dari kelompok kerja, bekerjasama, siswa menginvestigasi, dan eksplorasi luar ruangan. Siswa mengajukan beberapa pertanyaan, menimbulkan hipotesis, penelitian dan percobaan, menganalisis data, dan memberikan penjelasan sebagai bukti. The National Science Education Standards (NSES) menyatakan bahwa “ilmu sebagai pertanyaan” sebagai standar penting semua siswa yang harus dikuasai sebelum kelulusannya. Dengan inkuiri, siswa didorong untuk interaktif, yang pada umumnya lebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang membimbing siswa dalam metode inkuiri. Guru dapat menggunakan tiga tipe inkuiri :
Terstruktur
Berpusat pada guru dengan guru menyediakan prosedur cukup terstruktur untuk kegiatan inkuiri, dan siswa melakukan penyelidikan. Cara ini juga dapat digambarkan sebagai metode yang paling konvensional untuk inkuiri.
Terpimpin
Pada metode ini, paling sedikit intervensi guru dan siswa dibimbing. Siswa bekerjasama dalam kelompok dan merencanakan semua tahap inkuiri. Metode ini yang paling murni dari inkuiri dalam kelas.
Terbuka
Metode ini umumnya digunakan ketika siswa diminta untuk membuat peralatan atau mengembangkan proses yang menghasilkan suatu hasil yang diinginkan. Pada metode ini, guru hanya memberikan masalah kemudian siswa yang secara aktif untuk mencari solusi dan menimbulkan kreativitas. Siswa mampu mengembangkan pengetahuan mereka dengan menggunakan proses ilmiah mereka sendiri atau menggunkaan prosedur mereka.
Tabel 4. Metode Inkuiri di Dalam Kelas
Tipe Inkuiri Deskripsi Contoh
Terstruktur Guru memberikan masalah yang terstruktur, prosedur, dan bahan. Siswa menyelidiki selama kegiatan berlangsung dan menentukan hasilnya. Kegiatan dalam laboratorium dengan prosedur, bahan, dan lainnya telah ditentukan.
Terpimpin Guru memberikan siswa masalah atau pertanyaan dan materi. Siswa menentukan proses dan hasil. Siswa diberikan kertas grafik. Siswa diminta untuk membuat grafik fungsi kuadrat.
Terbuka Siswa menentukan masalah, investigasi, prosedur, dan hasil. Siswa diajak kunjungan ke kebun binatang, kemudian siswa dapat secara berpasangan menentukan himpunan dan bukan himpunan beserta namanya.
Dalam melaksanakan metode inkuiri, guru menurut Washington Virtual Classroom tahun 2005 (dalam The Access Center, 2009:6) sebaiknya:
Memberika pertanyaan terbuka
Memberi waktu setelah mengajukan pertanyaan
Tidak menceritakan kepada siswa tentang apa yang harus dilakukan
Tidak menolak atau mengecilkan ide dari siswa
Mendorong siswa untuk menemukan solusi sendiri
Mendorong siswa untuk saling berkolaborasi
Menjaga suasana kelas agar tetap tertib
Mengembangkan dan menggunakan penilaian berbasis inkuiri untuk memantau kemampuan siswa
Mengetahui pertanyaan yang bias menantang beberapa siswa dan bersiap untuk memandu ketika siswa mulai bosan.
CONTOH METODE INKUIRI :
Dalam teori geometri, menarik jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang dan menentukan volume air yang terbuang percuma dari satu teko ke gelas.
Contoh dalam Pembelajaran Matematika :
Menentukan rumus volume bola dari volume kerucut yang telah diketahui:
Disiapkan sebuah kerucut yang mempunyai jari-jari sama dengan tingginya, lalu isi beras atau pasir dengan penuh dan rata permukaan. Kemudian masukkan kedalam bola yang ukuran diameter bola sama dengan diameter kerucut. Isilah bola terus sampai penuh. Maka pada isi yang keempat maka bola penuh sehingga dapat disimpulkan :
Vkerucut = 1/3 x Luas alas x Tinggi
= 1/3 x πr^2 x t
Karena t = r maka:
= 1/3 x πr^2 x r
= 1/3 x πr^3
Karena beras atau pasir yang dimasukkan ke dalam bola sebanyak empat kali maka didapatkan volume bola adalah :
Vbola = 1/3 x πr^3 + 1/3 x πr^3 + 1/3 x πr^3 + 1/3 x πr^3
= 4 x 1/3 x πr^3
= 4/3 x πr^3
Maka dapat disimpulkan bahwa Vbola = 4/3 x πr^3.
Tabel 5.
PERBEDAAN METODE INKUIRI, EKSPOSITORI, DAN DISCOVERY
NO PERBEDAAN INKUIRI DISCOVERY EKSPOSITORI
1 Penemu Melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri Kelompok-kelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas)
2 Penemuan hasil akhir Belum dapat diketahui oleh guru Harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, tetapi sudah diketahui oleh guru
3 Fungsi guru Sebagai pengarah dan pembimbing. Guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan
4 Fungsi siswa Mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya Diharapkan menemukan sesuatu yang penting
PENUTUP
Dari pemaparan dan penjelasan tentang metode pembelajaran inkuiri, ekspositori, dan discovery serta bagaimana cara penerapannya, diharapkan guru sebagai seorang pemandu kegiatan pembelajaran akan lebih mudah dalam membantu siswa belajar. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk belajar, penggunaan salah satu metode pembelajaran secara terus-menerus, akan membuat siswa menjadi jenuh, selain penggunaan metode tertentu dalam waktu lama akan menimbulkan dampak negatif, karena setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pada pembahasan dapat dipahami bahwa inkuri, ekspositori, dan discovery adalah metode-metode pembelajaran yang bisa memiliki perbedaan, kelebihan dan kekurangan masing-masing, meskipun tujuan sama, yaitu skenario kegiatan untuk mempermudah siswa belajar. Selain itu setelah mengenal dan mengerti cara penggunaan metode pembelajaran inkuri, ekspositori, dan discovery, perlu bagi seorang guru untuk mempelajari metode-metode lain, karena seni pengajaran yang baik adalah memberikan metode-metode yang baik sesuai materi dan kemampuan siswa. Semua siswa, berapapun usianya, perlu diberi metode-metode yang dapat membantu mereka membangun jembatan-jembatan menuju abstraksi matematika (dalam Wahyudin, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Frederick H. (1981). Teaching and Learning Mathematic (In Secondary Schools). The United States of America : Wm. C. Brown Company.
Dayufunmath. (2012). Metode Ekspositori Dalam Pembelajaran Matematika.Tersedia : http://dayufunmath.wordpress.com/2012/01/12/metode-ekspositori-dalam-pembelajaran-matematika/. Diakses : 12 April 2012.
Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Suherman, Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Sunartombs.(2009). Pengertian Metode Ekspositori. Tersedia : http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/. Diakses : 21 April 2012. Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
Uno B, Hamzah. (2010). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung.
The Access Center. (2007). Science Inquiry: The Link to Accessing the General Education Curriculum. Tersedia : http://www.k8accesscenter.org/training_resources/ScienceInquiry_accesscurriculum.as. Diakses : 5 April 2012.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran Dan Metode-Metode Pembelajaran. CV. Ipa Abong : Jakarta.
bermanfaat sekalia, terimakasih
BalasHapus