Selasa, 08 Januari 2013

pengembangan tes obyektif

PENGEMBANGAN TES OBYEKTIF Tes objektf digunakan bila : Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan lagi berkali-kali. Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya ( mempunyai reliabilitas yang tinggi). Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk esai ( uraian). Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menyusun tes. Berbagai macam tes objektif yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran, yaitu : Tes Benar-Salah (True-False) Soal-soalnya berupa pertanyaan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pertanyaan itu dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu betul menurut pendapatnya, dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Jumlah huruf B-S harus sama banyak dengan dengan jumlah pertanyaan atau pernyataan. Bentuk Benar-Salah ada 2 macam ( dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yaitu : Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah. Tanpa pembetulan ( without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberi jawaban yang betul. Kebaikan tes benar-salah adalah : Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat. Mudah menyusunnya Dapat digunakan berkali-kali Dapat dilihat secara cepat dan objektif Petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti Kelemahan tes benar-salah adalah : Sering membingungkan Mudah ditebak/diduga Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali, sangat sulit mengembangkan soal yang berhubungan dengan problem solving Guru akan mengalami kesulitan dalam menginterpretasi kemampuan siswa yang sebenarnya . Tingkat reliabilitas yang sangat rendah. Kurang dapat digunakan sebagai alat diagnosa kesulitan belajar siswa Validitas soal juga sangat diragukan kebenarannya. Petunjuk penyusunan : Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring) Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya : B – S – B - S – B – S atau SS – BB – SS – BB – SS Hindari item yang masih bisa diperdebatkan Hindarilah pertanyaan – pertanyaan yang persis dengan buku. Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya : semuanya, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya. Cara mengolah skor : Rumus untuk mencari skor akhir bentuk benar-salah ada 2 macam, yaitu : Dengan denda Dengan pengertian : S = skor yang diperoleh R = right ( jawaban yang benar ) W = wrong ( jawaban yang salah ) Contoh : Jumlah soal tes = 10 soal. A menjawab betul 8 soal dan salah 2 soal, Maka skor untuk A adalah : 8 – 2 = 6 Dengan menggunakan rumus seperti ini maka ada kemungkinan seorang siswa memperoleh skor negatif. Tanpa denda Rumus : S = R Yang dihitung hanya yang betul ( untuk soal yang tidak dikerjakan dinilai 0 ) Contoh soal Benar-salah, Materi Faktor dan kelipatan kelas 4 SD Petunjuk :Lingkarilah B bila menurutmu pernyataan berikut ini benar, atau lingkarilah S bila menurutmu pernyataan berikut ini salah : Faktor dari suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang dapat membagi habis (bersisa nol) bilangan tertentu B – S 12, 15, 30 adalah kelipatan persekutuan dari 3 dan 5 B – S Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12 B – S Faktor persekutuan dari 12 dan 18 adalah 1, 3 dan 6 B – S FPB dari 21 dan 28 adalah 7 B – S Faktorisasi prima dari 60 adalah 2 x 32 x 5 B – S Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki 1 faktor B – S 1, 2, 3, 5 adalah bilangan prima B – S Bilangan prima antara 1 dan 12 adalah 2, 3, 5, 7, dan 11 B – S Dua buah lampu dinyalakan bersama-sama, lampu hijau menyala setiap 15 detik dan lampu merah menyala setiap 12 detik. Pada detik ke 30 maka kedua lampu akan menyala secara bersamaan. B – S Tes Pilihan Ganda Menurut Arikunto (2004) , hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda, yaitu : Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya. Dalam multiple choice test hanya ada satu jawaban yang benar. Kalimat pokoknya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih. Kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin. Usahakan menghindari pengunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya, Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain. Gunakan kata-kata : “ manakah jawaban paling baik”, pilihlah satu yang pasti lebih baik dari yang lain”, Dari segi bahasa, butir-butir soal jangan terlalu sukar Tiap butir soal hendaknya mengandung satu ide, meskipun ide tersebut dapat kompleks, Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan , urutkanlah ( misalnya urutan tahun, alphabet, dan sebagainya), Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya, Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknis Alternatif yg disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isi dan bentuknya Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya. Tes pilihan ganda paling sering digunakan karena : Tipe tes disusun dan digunakan untuk mengukur semua standar kompetensi, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Jumlah alternatif jawaban (option) lebih dari dua sehingga dapat mengurangi keinginan siswa untuk menebak Menuntut kemampuan siswa untuk membedakan berbagai tingkat kebenaran sekaligus. Tingkat kesukaran butir soal dapat dapat dikendalikan dengan hanya mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban. Bentuk tes formatif pilihan ganda di skor secara objektif, karena pemeriksaan atau penskorannya tidak selalu dilakukan oleh manusia tapi dapat dilakukan mesin scanner. Dua jenis tes pilihan Ganda yaitu : Tes pilihan ganda Biasa Tes pilihan ganda menurut Gronlund ( Dalam Sudaryono, 2012) digunakan untuk mengukur kemampuan ingatan , pemahaman, dan penerapan yang lebih kompleks. Bentuk tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang lebih tinggi dan dapat diskor secara objektif. Wujud soal pilihan ganda terdiri atas : Dasar pernyataan/stimulus Pokok soal/stem Pilihan jawaban yang terdiri kunci jawaban dan pengecoh. Contoh soal pilihan Ganda Biasa : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D ! Hasil dari ( - 18 + 2 ) : ( -3 -1 ) adalah ... a. -5 b. -4 c. 4 d. 5 Seorang anak yang tingginya 160 cm memiliki panjang bayangan 2 meter. Pada saat yang sama sebuah tiang memiliki panjang bayangan 5 meter. Tinggi tiang sebenarnya adalah ... a. 3,6 m b. 4 m c. 4,6 m d. 5 m Banyak sisi pada prisma dengan alas segi-7 adalah ... a. 8 b. 9 c. 14 d. 21 Tes Pilihan Ganda Assosiasi Contoh item yang digunakan untuk menjawab soal pilihan ganda asosiasi, yaitu : Apabila hanya (1), (2), dan (3) benar Apabila hanya (1) dan (3) benar Apabila hanya (2) dan (4) benar Apabila hanya (4) benar Apabila semuanya benar. Contoh soal tes pilihan ganda asosiasi : Jika pernyataan p bernilai salah dan q bernilai benar, maka pernyataan di bawah ini yang bernilai benar adalah ... "p ^(~q)" p V q p ↔q p →q Soal menjodohkan ( Matching Test) Soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri biasanya merupakan pernyataan soal atau pertanyaan sering juga disebut stimulus atau premis yang berupa kalimat. Kelompok kedua biasa disebut respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pertanyaan respon berupa kata, bilangan , gambar atau simbol. Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat di lajur sebelah kiri dengan respon yang yang terdapat pada lajur sebelah kanan. Menurut arikunto ( dalam Sudaryono, 2012) bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang sangat sederhana, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana, dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal. Keunggulan soal menjodohkan menurut Athanasou dan lamprianou ( dalam Sudaryono, 2012) yaitu : Luasnya materi yang dapat dicakup. Relatif lebih mudah dibuat butir soal Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi cara memberikan jawaban Dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan mudah dalam penskorannya Kelemahan soal menjodohkan, adalah : Adanya kecenderungan untuk mengukur kemampuan mengingat dan kuarang tepat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Sukarnya menjaga kehomogenan isi premis maupun respon khususnya ditinjau dari segi kesamaan kemampuan yang hendak diukur Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi. Cara mengolah skor : dihitung S = R Artinya skor terakhir dihitung jawaban yang benar saja. Tes Isian ( Completion Test) Completion test atau tes isian, atau tes meyempurnakan atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagian yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yg kita minta dari murid. Petunjuk penyusunan tes isian : Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis. Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku/catatan. Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang. Diusahakan hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong. Jangan mulai dengan tempat kosong. Soal Jawaban Singkat Adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat, berupa kata prase, nama tempat, nama tokoh, lambang, atau kalimat yang sudah pasti. Beberapa kemampuan atau indikator yang dapat yang dapat diukur dengan soal jawaban singkat yaitu : Kemampuan menyebutkan istilah. Kemampuan menyebutkan fakta. Kemampuan menyebutkan prinsip Kemampuan menyebutkan metode atau prosedur. Kemampuan menginterprestasi data sederhana. Kemampuan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan angka Kemampuan memanipulasi symbol matematika Kemampuan melengkapi persamaan DAFTAR PUSTAKA Aprianti, Rini dan Suherman. 2008.Buku Pintar Matematika Lengkap SD.Bandung. Penerbit Episilon Grup. Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Sobirin. 2011. Kompas Matematika. Bekasi. Quantum Media. Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar